Indonesia "Surga" Teroris
Kitabsolo — Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyad Mbai memaparkan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan tumbuh suburnya aksi terorisme di Indonesia. Salah satunya, ungkap dia, adalah lemahnya penegakan hukum bagi para pelaku aksi terorisme. Ini membuat para aktor dalam aksi tersebut merasa mendapatkan "surga" di Indonesia.
"Bagaimana mengatasinya? Kita harus adu kuat, dengan tetap tegakkan hukum. Hukum kita masih terlalu lembek jika dibandingkan negara lain. Daerah operasinya (aksi terorisme) internasional. Kita menyediakan 'surga' bagi teroris," kata Ansyad dalam paparannya pada Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, Senin (4/4/2011), di Gedung DPR, Jakarta.
Ia mencontohkan, dua gembong teroris asal Malaysia, Dr Azahari dan Noordin M Top, yang bersembunyi dan akhirnya tewas di Indonesia. "Kenapa mereka ke negara kita? Karena di sana (Malaysia), hukumnya ketat. Dia ceramah di mana-mana langsung ditangkap. Bahkan, kalau diketahui ada pelatihan militer langsung ditangkap dan ditahan. Gunakan atribut militer langsung ditangkap. Kalau tetangga kita keras, kita lembek, apa yang terjadi? Kita menyediakan tempat bagi mereka untuk bersembunyi," ujarnya.
Hingga saat ini, berdasarkan data yang dipaparkan Ansyad, telah ditangkap 600 teroris. Sebanyak 500 orang di antaranya telah diproses di pengadilan. Namun, Ansyad menekankan, harus ditemukan pula formula agar mereka yang sudah dihukum karena aksinya tidak kembali melakukan hal yang sama.
"Karena sampai hari ini, dari 210 orang yang sudah keluar dan ada di antaranya terbukti melakukan kembali melakukan aksi yang sama. Seperti Abu Tholut, orang yang direkrut Abubakar Ba'asyir," kata Ansyad.
Strategi ke depan, ia menyarankan, perlu memberi perhatian secara khusus pada penegakan hukum. Selain itu, perlu dukungan kekuatan intelijen yang kuat dan masyarakat dalam memantau gerakan yang dicurigai sebagai aksi terorisme.(sumber KOMPAS.com)
"Bagaimana mengatasinya? Kita harus adu kuat, dengan tetap tegakkan hukum. Hukum kita masih terlalu lembek jika dibandingkan negara lain. Daerah operasinya (aksi terorisme) internasional. Kita menyediakan 'surga' bagi teroris," kata Ansyad dalam paparannya pada Rapat Kerja dengan Komisi I DPR, Senin (4/4/2011), di Gedung DPR, Jakarta.
Ia mencontohkan, dua gembong teroris asal Malaysia, Dr Azahari dan Noordin M Top, yang bersembunyi dan akhirnya tewas di Indonesia. "Kenapa mereka ke negara kita? Karena di sana (Malaysia), hukumnya ketat. Dia ceramah di mana-mana langsung ditangkap. Bahkan, kalau diketahui ada pelatihan militer langsung ditangkap dan ditahan. Gunakan atribut militer langsung ditangkap. Kalau tetangga kita keras, kita lembek, apa yang terjadi? Kita menyediakan tempat bagi mereka untuk bersembunyi," ujarnya.
Hingga saat ini, berdasarkan data yang dipaparkan Ansyad, telah ditangkap 600 teroris. Sebanyak 500 orang di antaranya telah diproses di pengadilan. Namun, Ansyad menekankan, harus ditemukan pula formula agar mereka yang sudah dihukum karena aksinya tidak kembali melakukan hal yang sama.
"Karena sampai hari ini, dari 210 orang yang sudah keluar dan ada di antaranya terbukti melakukan kembali melakukan aksi yang sama. Seperti Abu Tholut, orang yang direkrut Abubakar Ba'asyir," kata Ansyad.
Strategi ke depan, ia menyarankan, perlu memberi perhatian secara khusus pada penegakan hukum. Selain itu, perlu dukungan kekuatan intelijen yang kuat dan masyarakat dalam memantau gerakan yang dicurigai sebagai aksi terorisme.(sumber KOMPAS.com)
PAKE AJA STRATEGI ALM. SUDOMO, OPERASI SAPUJAGAD....
ReplyDelete