6 Bulan ambrol, jembatan Gemantar – Kaliancar tak diperbaiki
Kitabsolo-Wonogiri (Espos)–Jembatan penghubung Desa Gemantar dan Desa Kaliancar di Kecamatan Selogiri yang ambrol sekitar enam bulan lalu hingga saat ini belum diperbaiki. Hal itu mengakibatkan mobilitas warga dua desa menjadi terganggu.
Salah seorang warga Dukuh Ngaliyan Desa Gemantar, Juwandi, 70, menyebutkan jembatan ambrol karena terjangan banjir sungai di bawahnya. Meski keberadaannya sangat dibutuhkan, sejauh ini belum ada tanda-tanda prasarana itu segera diperbaiki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.
“Sebenarnya sudah sering ditinjau, tapi sampai sekarang belum juga ada tindak lanjutnya. Warga berharap jembatan diperbaiki secepatnya karena sangat penting untuk menunjang perhubungan di dua desa,” ungkapnya ketika ditemui Espos di sekitar lokasi jembatan, Kamis (23/12) siang.
Juwandi mengatakan warga di Dukuh Ngaliyan dan dukuh-dukuh lain harus memutar dengan jarak lebih jauh ketika pergi ke Desa Kaliancar dan sebaliknya setelah jembatan rusak. Menurutnya, hal serupa dialami warga saat hendak menuju Kota Wonogiri yang merupakan pusat kegiatan ekonomi.
Warga lain di Dukuh Tangsan, Mulyanto, 50, menyatakan hal senada. Seperti di Kaliancar, warga Desa Gemantar mengharapkan jembatan segera diperbaiki agar bisa dimanfaatkan secara normal. “Kalau dibilang penting ya penting, tapi kami hanya bisa menunggu sambil berharap itu diperbaiki.”
Secara terpisah Lurah Kaliancar, Sagimin, menyatakan kerusakan jembatan di perbatasan Dukuh Josutan, Kelurahan Kaliancar, dan Dukuh Ngaliyan, Desa Gemantar, terjadi sekitar enam bulan terakhir akibat terjangan banjir. Untuk proses perbaikan, jelasnya, laporan dan pengajuan telah disampaikan langsung melalui Pemerintah Kecamatan Selogiri, bukan oleh pihak kelurahan.
“Kami sebenarnya juga menunggu dan berharap perbaikan dilakukan secepatnya. Terlebih sarana tersebut memang penting dan dibutuhkan masyarakat. Pengajuan sudah, bahkan langsung melalui kecamatan, sekarang tinggal menunggu saja. Lebih cepat tentunya akan lebih baik,” sambungnya.
Pantauan Espos di lokasi, bangunan ambrol total di sisi sebelah utara, sedang di sisi selatan masih menyisakan sedikit badan jembatan. Agar tetap bisa dilewati pejalan kaki dan pengendara sepeda motor, saat ini dipasang sesek dari bambu. Menurut warga, lalu lintas di jembatan cukup padat karena berada di jalur vital, tetapi kendaraan roda empat tetap dilarang melintas.
try
Salah seorang warga Dukuh Ngaliyan Desa Gemantar, Juwandi, 70, menyebutkan jembatan ambrol karena terjangan banjir sungai di bawahnya. Meski keberadaannya sangat dibutuhkan, sejauh ini belum ada tanda-tanda prasarana itu segera diperbaiki Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri.
“Sebenarnya sudah sering ditinjau, tapi sampai sekarang belum juga ada tindak lanjutnya. Warga berharap jembatan diperbaiki secepatnya karena sangat penting untuk menunjang perhubungan di dua desa,” ungkapnya ketika ditemui Espos di sekitar lokasi jembatan, Kamis (23/12) siang.
Juwandi mengatakan warga di Dukuh Ngaliyan dan dukuh-dukuh lain harus memutar dengan jarak lebih jauh ketika pergi ke Desa Kaliancar dan sebaliknya setelah jembatan rusak. Menurutnya, hal serupa dialami warga saat hendak menuju Kota Wonogiri yang merupakan pusat kegiatan ekonomi.
Warga lain di Dukuh Tangsan, Mulyanto, 50, menyatakan hal senada. Seperti di Kaliancar, warga Desa Gemantar mengharapkan jembatan segera diperbaiki agar bisa dimanfaatkan secara normal. “Kalau dibilang penting ya penting, tapi kami hanya bisa menunggu sambil berharap itu diperbaiki.”
Secara terpisah Lurah Kaliancar, Sagimin, menyatakan kerusakan jembatan di perbatasan Dukuh Josutan, Kelurahan Kaliancar, dan Dukuh Ngaliyan, Desa Gemantar, terjadi sekitar enam bulan terakhir akibat terjangan banjir. Untuk proses perbaikan, jelasnya, laporan dan pengajuan telah disampaikan langsung melalui Pemerintah Kecamatan Selogiri, bukan oleh pihak kelurahan.
“Kami sebenarnya juga menunggu dan berharap perbaikan dilakukan secepatnya. Terlebih sarana tersebut memang penting dan dibutuhkan masyarakat. Pengajuan sudah, bahkan langsung melalui kecamatan, sekarang tinggal menunggu saja. Lebih cepat tentunya akan lebih baik,” sambungnya.
Pantauan Espos di lokasi, bangunan ambrol total di sisi sebelah utara, sedang di sisi selatan masih menyisakan sedikit badan jembatan. Agar tetap bisa dilewati pejalan kaki dan pengendara sepeda motor, saat ini dipasang sesek dari bambu. Menurut warga, lalu lintas di jembatan cukup padat karena berada di jalur vital, tetapi kendaraan roda empat tetap dilarang melintas.
try
Comments
Post a Comment