Konfrontasi Malaysia-Indonesia (GANJANG MALINGSIA)
“Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!”
Hari itu Ir. Soekarno berapi-api sambil mengacungkan tangannya di mimbar terhormat. Bukan karena kebudayaan kita dicuri atau TKW kita disiksa majikannya di Kuala Lumpur, tapi karena terjadi konfrontasi terbesar antara Malaysia-Indonesia di tahun 1961-1966. Seluruh dunia menyaksikan sebuah konfrontasi terbesar diantara dua Negara serumpun, bagaimana dua Negara yang baru saja bebas dari kolonialisme memperebutkan bekas tanah koloni dari Inggris diujung pulau Borneo (Kalimantan)?.
Kata-kata “Ganjang Malaysia!” menjadi terkenal sehingga seorang penulis buku terkenal Will Fowler mengabadikan dalam bukunya dengan masih memakai ejaan Soekarno. Kemarahan Soekarno disulut oleh tindakan profokatif dari Federasi Tanah Melayu yang menginginkan (atas ide dan persetujuaan Inggris) menggabungkan Federasi Tanah Melayu, Singapura, Brunei, Serawak dan Sabah (Borneo Utara).
Tidak hanya itu, setelah terjadi demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur, para demonstran menyerbu kedubes Indonesia dan menginjak-injak lambang garuda pancasila dan foto presiden Soekarno. Meledaklah kemarahan Soekarno apalagi setelah mengetahui kalau perdana menteri Tuanku Abdurahman Malaysia disuruh menginjak lambang Negara Indonesia tersebut oleh para demonstran.
Presiden Soekarno langsung membentuk dan menyatakan DWIKORA sebagai pengobar untuk “mengganjang Malaysia”. Dikarenakan ini bukanlah perang terbuka atau perang antara pasukan regular masing-masing Negara, maka perseturuan dua Negara tetangga ini tidak disebut sebagai perang Malaysia-Indonesia tapi lebih dikenal konfrontasi Malaysia-Indonesia. Awalnya Soekarno tidak menginginkan terjadi konfrontasi dan TUanku Abdurahman pun berpikiran seperti itu. Tapi karena atas saran dan perintah dari Inggris, maka Pemerintah Malaysia melanggar perjanjian Manila yang menyatakan akan diadakan Referendum oleh PBB (UN). Mengetahui hal itu maka pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan langsung menindaknya.
Pemerintah Filipina yang juga mengklaim Sabah (Borneo Utara) tidak mengirimkan tentaranya atas kejadian pelanggaran perjanjian tersebut. Tapi Presiden Soekarno yang terlanjur sudah marah atas perlakuan Malaysia dan Inggris dengan Persemakmurannya yang menginjak-injak perjanjian tersebut, menyatakan konfrontasi. Presiden Soekarno mengatakan kalau Malaysia adalah boneka Inggris dan mengganggu kemerdekaan dan stabilitas Indonesia kedepannya.
Indonesia banyak melakukan propaganda untuk menakuti dan menebarkan teror bagi Persemakmuran. Seperti menggelar penyebaran selebaran dari udara oleh Tu-16 kedaerah Serawak dan menebarkan ketakutan kedalam wilayah Australia dengan menjatuhkan perlengkapan tentara di tengah daratannya. Persemakmuran dan Inggris tidak tinggal diam, mereka juga melakukan Operasi Claret yang dilakukan oleh SAS & SAS-R.
Operasi Claret adalah operasi dimana pasukan khusus inggris dan Australia menyusup kedaerah Indonesia di Klaimantan Timur. Padahal mereka berkomitmen hanya untuk bertahan tanpa menyerang kedaerah Indonesia. Hal ini diakui oleh Australia pada tahun 1996 atas terjadinya operasi Claret.
Selain menggelar pasukan khusus SAS (Inggris) & SAS-R (Australia), Persemakmuran juga mengirim SAS Slandia Baru, Gurkah (Pasukan Khusus dari Nepal yang dilatih oleh Kerajaan Inggris) dan pasukan dari daerah kolonialisme kerajaan Inggris lainnya. Indonesia mengerahkan RPKAD (KOPASSUS sekarang), pasukan SIliwangi dan KKO (Marinir sekarang).
Indonesia menyerang dari dua arah, yaitu dari Kalimantan Barat yang menyerang Serawak dan dari Kalimantan Timur yang menyerang Sabah. Sementara KKO dipersiapkan untuk menyerang pulau Sebatik bagian utara yang dikuasai Persemakmuran. Banyak terjadi bentrokan antara RPKAD dan SAS, sehingga menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Akibat dari agresifnya serangan Indonesia kedaerah Serawak dan Sabah maka penduduk setempat jadi tidak bersimpati kepada Indonesia.
Melihat dari alutsista Indonesia saat itu yang memiliki perlengkapan AURI (TNI-AU sekarang) yang memiliki perlengkapan yang memadai, sudah dipastikan pasti Indonesia akan menang dalam konfrontasi tersebut. Juga ALRI (TNI-AL sekarang) memiliki beberapa kapal laut yang modern dan terbaru sehingga menebarkan ketakutan kepada Malaysia dan Persemakmuran. Tapi hal itu tidak terjadi juga dikarenakan Indonesia berkomitmen untuk tidak menggelar pasukan regulernya lebih besar. Dan juga tidak ada gerakan profokatif lagi dari Malaysia dan Persemakmuran.
Akhir dari konfrontasi ini adalah penarikan mundur Indonesia dari Serawak dan Sabah. Dikarenakan 1966 Indonesia mengalami G30S-PKI yang mengakibatkan Presiden Soekarno turun dari jabatannya dan diganti Jenderal Soeharto yang langsung menghentikan konfrontasi dan menyetujui perjanjian Bangkok. Indonesia & Malaysia mengalami kerugian yang besar dari harta dan jiwa. Jika terjadi perang yang lebih besar dan terbuka maka tidak akan terelakkan lagi kerugiaan yang lebih besar dikedua belah pihak.
Note :
1. Mapalindo (Malaysia-Pilifina-Indonesia) adalah jargon yang digembar-gemborkan Inggris sebagai penyudut Pemerintahan Soekarno. Inggris menuduh Soekarno ingin menciptakan sebuah Negara yang melingkupi Malaysia-Pilifina-Indonesia yang disingkat MAPALINDO. Sesuai dengan literature yang ada Soekarno tidak ada rencana untuk melakukan hal tersebut, hal itu hanya tuduhan tak berdasar dari Inggris. Malahan Soekarno memiliki komitmen tidak mengakui wilayah Timor Leste yang pada saat itu masih daerah jajahan Portugal. Soekarno hanya menginginkan persatuan Papua dan Borneo Utara dengan Indonesia.
2. TNKU (Tentara Nasional Kalimantan Utara) Pasukan yang dikatakan berhaluan komunis dan melakukan pemberontakan didaerah kesultanan Brunei dan menginginkan kemerdekaan daerah Borneo Utara. TNKU dinyatakan dibantu oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan pemberontakan diwilayah Borneo Utara. Sehingga dalam buku-buku sejarah Malaysia sekarang ada sepenggalan cerita tentang pemberontakan komunis di Borneo Utara yang kebetulan bertepatan dengan konfrontasi Malaysia-Indonesia. Sehingga mereka menyatakan kalau Indonesia membantu pemberontakan komunis di Borneo Utara tersebut. Padahal ide perlawanan tersebut sudah berbeda dengan Indonesia yang hanya ingin mempersatukan Borneo Utara ke Indonesia. Sementara TNKU menginginkan kemerdekaan wilayah tersebut dengan haluan komunis.
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!”
Hari itu Ir. Soekarno berapi-api sambil mengacungkan tangannya di mimbar terhormat. Bukan karena kebudayaan kita dicuri atau TKW kita disiksa majikannya di Kuala Lumpur, tapi karena terjadi konfrontasi terbesar antara Malaysia-Indonesia di tahun 1961-1966. Seluruh dunia menyaksikan sebuah konfrontasi terbesar diantara dua Negara serumpun, bagaimana dua Negara yang baru saja bebas dari kolonialisme memperebutkan bekas tanah koloni dari Inggris diujung pulau Borneo (Kalimantan)?.
Kata-kata “Ganjang Malaysia!” menjadi terkenal sehingga seorang penulis buku terkenal Will Fowler mengabadikan dalam bukunya dengan masih memakai ejaan Soekarno. Kemarahan Soekarno disulut oleh tindakan profokatif dari Federasi Tanah Melayu yang menginginkan (atas ide dan persetujuaan Inggris) menggabungkan Federasi Tanah Melayu, Singapura, Brunei, Serawak dan Sabah (Borneo Utara).
Tidak hanya itu, setelah terjadi demonstrasi anti Indonesia di Kuala Lumpur, para demonstran menyerbu kedubes Indonesia dan menginjak-injak lambang garuda pancasila dan foto presiden Soekarno. Meledaklah kemarahan Soekarno apalagi setelah mengetahui kalau perdana menteri Tuanku Abdurahman Malaysia disuruh menginjak lambang Negara Indonesia tersebut oleh para demonstran.
Presiden Soekarno langsung membentuk dan menyatakan DWIKORA sebagai pengobar untuk “mengganjang Malaysia”. Dikarenakan ini bukanlah perang terbuka atau perang antara pasukan regular masing-masing Negara, maka perseturuan dua Negara tetangga ini tidak disebut sebagai perang Malaysia-Indonesia tapi lebih dikenal konfrontasi Malaysia-Indonesia. Awalnya Soekarno tidak menginginkan terjadi konfrontasi dan TUanku Abdurahman pun berpikiran seperti itu. Tapi karena atas saran dan perintah dari Inggris, maka Pemerintah Malaysia melanggar perjanjian Manila yang menyatakan akan diadakan Referendum oleh PBB (UN). Mengetahui hal itu maka pemerintah Indonesia tidak tinggal diam dan langsung menindaknya.
Pemerintah Filipina yang juga mengklaim Sabah (Borneo Utara) tidak mengirimkan tentaranya atas kejadian pelanggaran perjanjian tersebut. Tapi Presiden Soekarno yang terlanjur sudah marah atas perlakuan Malaysia dan Inggris dengan Persemakmurannya yang menginjak-injak perjanjian tersebut, menyatakan konfrontasi. Presiden Soekarno mengatakan kalau Malaysia adalah boneka Inggris dan mengganggu kemerdekaan dan stabilitas Indonesia kedepannya.
Indonesia banyak melakukan propaganda untuk menakuti dan menebarkan teror bagi Persemakmuran. Seperti menggelar penyebaran selebaran dari udara oleh Tu-16 kedaerah Serawak dan menebarkan ketakutan kedalam wilayah Australia dengan menjatuhkan perlengkapan tentara di tengah daratannya. Persemakmuran dan Inggris tidak tinggal diam, mereka juga melakukan Operasi Claret yang dilakukan oleh SAS & SAS-R.
Operasi Claret adalah operasi dimana pasukan khusus inggris dan Australia menyusup kedaerah Indonesia di Klaimantan Timur. Padahal mereka berkomitmen hanya untuk bertahan tanpa menyerang kedaerah Indonesia. Hal ini diakui oleh Australia pada tahun 1996 atas terjadinya operasi Claret.
Selain menggelar pasukan khusus SAS (Inggris) & SAS-R (Australia), Persemakmuran juga mengirim SAS Slandia Baru, Gurkah (Pasukan Khusus dari Nepal yang dilatih oleh Kerajaan Inggris) dan pasukan dari daerah kolonialisme kerajaan Inggris lainnya. Indonesia mengerahkan RPKAD (KOPASSUS sekarang), pasukan SIliwangi dan KKO (Marinir sekarang).
Indonesia menyerang dari dua arah, yaitu dari Kalimantan Barat yang menyerang Serawak dan dari Kalimantan Timur yang menyerang Sabah. Sementara KKO dipersiapkan untuk menyerang pulau Sebatik bagian utara yang dikuasai Persemakmuran. Banyak terjadi bentrokan antara RPKAD dan SAS, sehingga menimbulkan korban jiwa dari kedua belah pihak. Akibat dari agresifnya serangan Indonesia kedaerah Serawak dan Sabah maka penduduk setempat jadi tidak bersimpati kepada Indonesia.
Melihat dari alutsista Indonesia saat itu yang memiliki perlengkapan AURI (TNI-AU sekarang) yang memiliki perlengkapan yang memadai, sudah dipastikan pasti Indonesia akan menang dalam konfrontasi tersebut. Juga ALRI (TNI-AL sekarang) memiliki beberapa kapal laut yang modern dan terbaru sehingga menebarkan ketakutan kepada Malaysia dan Persemakmuran. Tapi hal itu tidak terjadi juga dikarenakan Indonesia berkomitmen untuk tidak menggelar pasukan regulernya lebih besar. Dan juga tidak ada gerakan profokatif lagi dari Malaysia dan Persemakmuran.
Akhir dari konfrontasi ini adalah penarikan mundur Indonesia dari Serawak dan Sabah. Dikarenakan 1966 Indonesia mengalami G30S-PKI yang mengakibatkan Presiden Soekarno turun dari jabatannya dan diganti Jenderal Soeharto yang langsung menghentikan konfrontasi dan menyetujui perjanjian Bangkok. Indonesia & Malaysia mengalami kerugian yang besar dari harta dan jiwa. Jika terjadi perang yang lebih besar dan terbuka maka tidak akan terelakkan lagi kerugiaan yang lebih besar dikedua belah pihak.
Note :
1. Mapalindo (Malaysia-Pilifina-Indonesia) adalah jargon yang digembar-gemborkan Inggris sebagai penyudut Pemerintahan Soekarno. Inggris menuduh Soekarno ingin menciptakan sebuah Negara yang melingkupi Malaysia-Pilifina-Indonesia yang disingkat MAPALINDO. Sesuai dengan literature yang ada Soekarno tidak ada rencana untuk melakukan hal tersebut, hal itu hanya tuduhan tak berdasar dari Inggris. Malahan Soekarno memiliki komitmen tidak mengakui wilayah Timor Leste yang pada saat itu masih daerah jajahan Portugal. Soekarno hanya menginginkan persatuan Papua dan Borneo Utara dengan Indonesia.
2. TNKU (Tentara Nasional Kalimantan Utara) Pasukan yang dikatakan berhaluan komunis dan melakukan pemberontakan didaerah kesultanan Brunei dan menginginkan kemerdekaan daerah Borneo Utara. TNKU dinyatakan dibantu oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan pemberontakan diwilayah Borneo Utara. Sehingga dalam buku-buku sejarah Malaysia sekarang ada sepenggalan cerita tentang pemberontakan komunis di Borneo Utara yang kebetulan bertepatan dengan konfrontasi Malaysia-Indonesia. Sehingga mereka menyatakan kalau Indonesia membantu pemberontakan komunis di Borneo Utara tersebut. Padahal ide perlawanan tersebut sudah berbeda dengan Indonesia yang hanya ingin mempersatukan Borneo Utara ke Indonesia. Sementara TNKU menginginkan kemerdekaan wilayah tersebut dengan haluan komunis.
Comments
Post a Comment