tak terlalu luas..namun memiliki kekuatan yang dahsyat bahkan, konon sebagai barometer politik di Indonesia serta memiliki sumbu pendek yang siap meledakkan apa saja...
Jakarta (Espos) Kematian Noordin M Top dan orang yang disebut-sebut sebagai “penerusnya”, Syaifudin Zuhri (SZ), diharapkan tidak mengurangi upaya pemberantasan terorisme di Indonesia. Sebab, bisa saja pentolan teroris asal Indonesia semacam Dulmatin dan Umar Patek yang saat ini diduga berada di Mindanao, Filipina Selatan, atau dikenal dengan sebutan Kelompok Moro, bakal mudik ke Tanah Air. ”Ya, saya yakin dari grup Moro ada yang berniat pulang ke Indonesia,” kata pengamat terorisme, Sidney Jones, Minggu (11/10). Namun apakah tujuan mereka untuk menghimpun kembali sel-sel teroris pimpinan Noordin yang kemungkinan sudah tercerai-berai, sejauh ini belum diketahui. ”Yang jadi pertanyaan, apakah mereka mau coba masuk, karena lebih tergantung pada keadaan perang di Filipina Selatan ataukah disebabkan kematian Noordin cs,” jelas Direktur International Crisis Group (ICG) untuk Asia Tenggara ini. Sinyalemen Sidney Jones itu serta-merta disanggah Nasir Abas, mantan pimpinan Jamaah Islamiyah (J...
JAKARTA, KOMPAS.com — Konflik Indonesia-Malaysia kian meruncing setelah masalah perbatasan kembali mencuat ke publik. Anehnya, Pemerintah Indonesia selalu berdalih sebagai saudara tua untuk menyelesaikan konflik dengan jalur damai yang semakin membuat politik luar negeri Indonesia tidak memiliki jati diri. Malaysia itu jangankan perang, mereka itu takut sama Indonesia. Tapi, kalau kita tidak punya konsep, mereka sudah siap mengajukannya untuk masuk ke Indonesia. -- Zainuddin Sjafar "Mereka tidak risau dengan masa lalu. Kejayaan Indonesia sudah tutup buku di mata mereka, tidak ada lagi istilah abang adik, saudara tua," ujar pengamat politik luar negeri UI, Zainuddin Djafar, Senin (30/8/2010), dalam diskusi CIDES, "Perkembangan Ekonomi dalam Dinamika Politik", di Hotel Ambhara, Jakarta. Oleh karena itu, ia melanjutkan, sudah bukan saatnya lagi Indonesia merasa lebih hebat dari Malaysia karena mampu merebut kemerdekaan sendiri karena kini negeri jiran itu sudah berubah...
Solo, CyberNews. Motif kesal atau jengkel yang paling mendekati kasus pembunuhan Kopda Santoso (28) yang dilakukan Yulianto (40). Hal itu terungkap berdasar keterangan tersangka. Yulianto yang dikenal sebagai dukun dan tukang pijat menaruh rasa kesal mendalam terhadap korban. Sebab janji korban yang hendak memberikan uang kepada tersangka tak pernah ditepati. Pada tanggal 8 Agustus 2010, saat korban berobat itulah aksi keji Yulianto dilaksanakan. Ayah tiga anak itu saat membunuh Kopda Santoso, tidak melakukan persiapan sama sekali. Niat membunuh muncul secara spontan. Cara menghabisi korbannya pun dilakukan secara reflek. Suami Sri Mulyati itu menuturkan, almarhum Santoso sudah melakukan pengobatan sakit ambeien-nya sebanyak delapan kali. Hingga sakitnya itu sembuh, uang yang dijanjikan untuk membayar jasanya itu tidak kunjung diserahkan. Saking jengkelnya niat menghabisi pasiennya pun tak terelakkan. "Saya membunuh Santoso (Kopda Santoso-red) karena tidak memenuhi janjinya dan me...
Comments
Post a Comment