Densus 88 Tangkap 18 Tersangka Teroris

Dugaan bahwa perampokan Bank CIMB Niaga Medan dilakukan teroris tidak terbantahkan. Tidak hanya menangkap tujuh tersangka (tiga di antaranya tewas ditembak), Densus 88 ternyata berhasil melumpuhkan 18 orang yang diduga terkait dengan terorisme dalam operasi sejak Minggu (19/9). Bahkan, 15 tersangka lagi dilaporkan masih dikejar tim antiteror Mabes Polri tersebut.

Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri (BHD) memastikan, para perampok Bank CIMB Niaga di Medan pada 18 Agustus 2010 itu merupakan bagian dari jaringan terorisme. Mereka masih sekelompok dengan pelaku terorisme yang berlatih di Aceh dan Jawa Barat.

Dalam kasus latihan militer di Aceh itu, sudah diungkap 102 tersangka. Bahkan, 33 berkas perkara mereka dalam waktu dekat disidangkan di Jakarta. ''Kasus ini tidak terlepas dari latihan militer di Aceh dan Bandung. Ini juga berkaitan dengan pengembangan kasus terorisme yang diungkap di Bandung,'' kata BHD saat konferensi pers di Mapolda Sumatera Utara kemarin (20/9).

Selain itu, jelas dia, perampok Bank CIMB Medan berada di bawah komando Mustofa alias Abu Tholut, pengebom Atrium Senen yang pernah di penjara dan sekarang buron. ''Dari pengakuan tersangka, mereka mengaku digerakkan oleh Mustofa alias Abu Tholut yang sudah divonis 8,5 tahun dan mendapat remisi 4 tahun. Mustofa kembali bermain, beraksi lagi,'' ujarnya.

Mustofa, kata BHD, adalah mantiki atau pimpinan wilayah jaringan teroris untuk Aceh dan Sumatera Utara. Selain Mustofa dan Abu Tholut, lanjut dia, pria tersebut memiliki nama alias Imron. Buron dari kamp militer Aceh itu merupakan mantan narapidana teroris yang terlibat peledakan bom di Atrium Senen, Jakarta, 2001. Mustofa diduga kuat ikut latihan di Aceh. Terakhir, dia tinggal di Permata Hijau, Jakarta.

Dalam jumpa pers kemarin, Kapolri didampingi Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Iskandar, Kapolda Sumut Irjen Pol Oegroseno, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Baharuddin Djafar, Gubernur Sumut Syamsul Arifin, serta jajaran petinggi Polda Sumut di aula Polda Sumut lantai IV.

Jaringan teroris yang merampok di Sumatera Utara itu, ungkap BHD, beranggota 33 orang. Tiga orang di antaranya ditembak mati di dua tempat di Sumatera Utara dan 15 orang ditangkap hidup-hidup. ''Jaringan dari kelompok teror yang melaksanakan kegiatan di wilayah Sumut mencapai 33 orang. Delapan belas tersangka sudah ditangkap dan tiga tersangka tewas di lokasi penangkapan,'' jelasnya.

Jaringan tersebut, kata dia, tidak terputus dengan perampokan sejumlah bank di Sumatera Utara tiga bulan terakhir. ''Sebelum CIMB Niaga dirampok, memang terjadi perampokan di Bank Sumatera Utara, Bank BRI, serta sebuah tempat penukaran uang di Medan dan sekitarnya,'' jelasnya.

Perampok CIMB Niaga Medan itu dilaporkan berhasil membawa lari uang Rp 400 juta. Dalam perampokan tersebut, anggota Brimob Briptu Immanuel Simanjuntak, 28, tewas karena dadanya diterjang dua peluru. Selain itu, dua satpam berkondisi kritis karena ditembus peluru.

Dari rangkaian aksi para teroris tersebut, Bank Sumut Belawan mengalami kerugian Rp 600 juta (30 April 2010), Bank BRI Amplas Rp 60 juta (13 Juni 2010), dan Money Changer Belawan Rp 97 juta (13 Juli 2010). ''Kelompok itu yang di Sumut juga sudah mempersiapkan diri untuk merampok di kawasan Tanjung Balai jika tidak berhasil ditangkap,'' ungkap BHD.

Menurut pengakuan para tersangka yang ditangkap, jelas dia, mereka sudah membeli peralatan di Lampung yang akan dibawa ke Sumut. ''Mereka membeli peralatan dari uang perampokan. Para pelaku tersebar di 13 titik Sumut. Tapi, mereka belum bisa diendus,'' katanya.

Mantan Kapolda Sumut itu menyebutkan, Densus 88 terpaksa melakukan baku tembak lantaran para tersangka memiliki senjata api. Penembakan tersebut dilakukan saat penggerebekan di kawasan Tanjung Balai.

Dua tersangka perampok yang juga teroris, Dani alias Ajo dan Dana, memiliki senpi FN-45. Sementara itu, Juki Wantoro alias Doni alias Rojer yang ditembak di Belawan juga memiliki senpi laras panjang.

Ridwan alias Iwan, 22, asal Jateng, ditangkap. Dari tangan dia, ditemukan bahan TNT seberat 1,5 kg. Dia ditangkap beserta Marwan alias Mak Nong, 39, warga Dusun VI, Hamparan Perak, dan Abah alias Beben alias Reza yang merupakan wakil Al Qaidah Mustaqin (MTQ) Aceh. Sementara itu, Taufik yang diduga menjadi penembak anggota Brimob yang tewas dalam perampokan di Bank CIMB Niaga sampai kini masih buron.

Kapolri juga menegaskan bahwa penangkapan oleh Densus 88 Mabes Polri tidak dilakukan untuk membatasi ruang gerak Kapolda Sumut dalam mengungkap kasus tersebut. Sebab, kasus yang terjadi di wilayah Sumut merupakan jaringan teroris.

''Saya perlu menegaskan sekali lagi, untuk kasus terorisme, penanganan sudah merupakan SOP dalam organisasi kepolisian RI, yakni ditangani Densus. Jangan disudutkan anggota yang sudah bekerja keras sampai mereka tidak berlebaran dengan keluarganya dan bahkan ada yang tidak melihat orang tuanya meninggal,'' tuturnya.

''Dengan demikian, diharapkan jangan ada pihak-pihak yang menafsirkan seolah-olah jajaran kepolisian terputus dan ada intervensi dari Mabes Polri. Itu merupakan rangkaian tindak pidana terorisme yang sudah berhasil diungkap Densus 88. Mulai Jantuh (Aceh), peristiwa Bandung, dan akhirnya kasus yang terjadi pada 19 September 2010,'' ungkapnya.

Sementara itu, menurut Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Iskandar, Abu Bakar Ba'asyir diduga kuat terlibat dalam seluruh aksi terorisme tersebut. Berdasar fakta yang dikumpulkan di lapangan, Ba'asyir telah memberikan dana tunai Rp 150 juta. ''Seluruh kegiatan di Aceh akan ditunjukkan,'' tegasnya.

Dari hasil penggerebekan di Tanjung Balai, Jalan Bahagia, Minggu (19/9) pukul 20.30, tim Densus 88 berhasil menangkap J alias S, 30, warga Simpang Tiga Lempeng, Simpang Kawat; KG alias AJ, 45, warga Jalan Bahagia Gang Sehat, Kelurahan Datuk, Tanjung Balai; B alias A, 30, tewas tertembak, warga Desa Batu III, Tanjung Balai; serta Y alias W, 49, warga Joyo Surat, Solo, juga tertembak mati. Polisi mengamankan barang bukti dua senjata api dan sebuah AK-56 plus senjata tajam lain.

Iskandar menambahkan, senjata yang disita dari kawanan yang diduga merampok Bank CIMB Niaga Medan adalah senjata asli. Namun, Polri belum mengetahui asal senjata tersebut. ''Senjata asli, pabrikan,'' ujarnya.

Polri, kata dia, hingga kini terus menyelidiki asal senjata yang juga dimiliki TNI dan Polri tersebut. ''Itulah yang sedang kami teliti, dari mana didapatkan,'' ujarnya.

Namun, Polri sementara menduga senjata-senjata itu berasal dari luar negeri. ''AK, polisi punya, TNI punya. Tapi, mungkin masuk secara ilegal. Dari Filipina bisa, Thailand Selatan juga bisa,'' jelasnya.

Hingga kini, Polri telah menangkap 18 tersangka perampokan CIMB Niaga Medan beberapa waktu lalu, termasuk tiga tewas dan dua luka-luka. Mereka ditangkap di tiga tempat berbeda. Yakni, di Belawan dan Tanjung Balai, Sumatera Utara, serta Lampung.

Mereka memiliki peran yang berbeda-beda. Para pelaku yang ditangkap diduga terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam perampokan beberapa waktu lalu itu. Saat membekuk kawanan perampok di Belawan, polisi menemukan senjata yang identik dengan yang digunakan kawanan perampok Bank CIMB Niaga, Medan.

Sebelumnya, Kepala Bidang Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Polisi Marwoto Soeto mengungkapkan, ada empat jenis senjata yang diduga dipakai kawanan perampok Bank CIMB Niaga Medan. Yakni, AK-47, M-16, SS-1, dan pistol Revolver. (jpnn/c5/iro)

Comments

Popular posts from this blog

Tukang Pijat Bunuh Kopassus karena Kesal

Pelajar Sragen pesta seks digrebeg warga

Sat-81 Gultor siap buru Noordin M