Teroris Musuh Bersama

SOLO - Kembali merebaknya isu terorisme menjadi perhatian serius sejumlah tokoh dan kalangan berpengaruh di Solo dan sekitarnya. Majelis Tafsir Alquran (MTA) menyatakan, salah besar jika teroris identik dengan Islam.

Ustad Ahmad Sukina, Ketua MTA menyatakan, siap membantu pemerintah dalam memberantas terorisme dan anarkisme, serta hal-hal yang mencoreng nama baik Islam. "Itu musuh bersama, dan harus dihadapi bersama. Islam bukan teroris, itu yang harus dipahami," jelasnya saat menggelar silaturahmi bersama sejumlah komponen pemerintah daerah se-eks Karesidenan Surakarta di Kantor MTA kemarin (20/8).

Dalam kesempatan tersebut, dia juga berharap ketegasan pemerintah dan aparat hukum memberantas penyakit masyarakat selama Ramadan maupun sesudahnya. Kapolda Jateng Irjen Pol Alex Bambang Riatmojo yang hadir dalam acara tersebut menyatakan, untuk memberantas terorisme tidak hanya mengandalkan personel Polri. Tetapi seluruh komponen masyarakat wajib terlibat di dalamnya.

"Indonesia ini ibarat laboratorium alam yang sangat lengkap. Nah sekarang kita sedang diuji persatuan dan kesatuannya. Untuk itu, kita harus buktikan, bila semua masih bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia," katanya.


Kapolda juga menyatakan, memasuki Ramadan ini, pihaknya juga akan menindak tegas segala bentuk aksi, yang bisa mengganggu kekhusyukkan umat Islam dalam menjalankan ibadah puasa. Tidak terkecuali kepada siapa pun yang melakukan aksi sweeping tetapi mengarah ke anarkis. "Islam itu cinta damai. Untuk itulah, bila ada pihak yang coba mengaitkan Islam dengan terorisme maupun anarkisme, saya akan berada di barisan paling depan untuk menghadapinya," ujar dia.

Di sisi lain Komandan Kodim 0735 Solo Letkol Sadputra Adi Nugraha, mengatakan bila saat ini pihaknya siap mengaktifkan kembali desk antiteror. Namun, rencana itu bisa terancam batal apabila tidak didukung dengan dikeluarkannya keputusan presiden (keppres). "Sementara ini, penanganan terorisme kan? masih berada dalam wilayahnya Polri. Lha kalau tidak ada keppres, berarti kami bertindak di luar prosedur," ujarnya.

Adi juga menyatakan, bila aksi terorisme, yang sekarang marak terjadi di wilayah Indonesia, sebenarnya sudah bukan lagi masuk ranah kriminal tetapi sudah menjadi ancaman keutuhan bangsa. Apabila hal itu dibiarkan terus berlangsung, maka akan terjadi sebuah disintegrasi bangsa. "Tujuan para teroris itu, memang supaya terjadi disintegrasi bangsa. Untuk itu penanganannya tidak seperti aksi pemadam kebakaran yang baru beraksi bila ada kejadian. Ini harus ditumpas, sampai ke akar-akarnya," tegasnya.

Desk antiteror TNI yang akan dibentuk nanti, seyogianya melibatkan seluruh komponen bangsa. Jadi diharapkan mereka bekerja atas nama bangsa Indonesia bukan lagi kesatuan. "Siapa pun komponen bangsa ini, berhak dan wajib ikut dalam bela negara. Untuk itu, karena ini sudah menjadi musuh bersama, maka anggota desk antiteror, bukan hanya dari TNI atau Polri saja. Bisa dari akademisi, unsur pemerintahan, dan masyarakat. Seperti halnya Badan Narkotika Nasional," jelasnya.

Selain dihadiri para petinggi TNI, dan Polri, acara tersebut juga dihadiri Bupati Karanganyar Rina Iriani, dan beberapa pejabat Bakorwil II Jawa Tengah. Untuk Pemkot Solo diwakili Sekda Budi Suharto.(tm/nan)

Comments

Popular posts from this blog

Pelajar Sragen pesta seks digrebeg warga

Tukang Pijat Bunuh Kopassus karena Kesal

Sat-81 Gultor siap buru Noordin M