Pawai Budaya

Solo (Espos) Karnaval Budaya memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-64 Kemerdekaan RI yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Selasa (18/8), berlangsung meriah. Puluhan ribu warga tumpah ruah di sepanjang Jl Slamet Riyadi untuk menyaksikan 81 sanggar dan kelompok seni yang tampil.


Tak hanya warga Solo dan sekitarnya, sejumlah warga asing yang turut menyaksikan acara itu dari panggung kehormatan tampak terpukau. Sambil menonton, beberapa dari mereka sibuk memotret.
Salah seorang warga asing asal Perth, Australia, Kerry Bailley, 23, mengaku terkesan.

”Sangat bagus dan penuh warna,” ujarnya dalam bahasa Indonesia yang patah-patah. Kerry, yang sampai Oktober mendatang berada di Solo untuk belajar budaya Jawa mengatakan, di negaranya tidak sering ada festival yang menampilkan potensi lokal. Karnaval hanya rutin saat perayaan Natal.

Komentar senada dilontarkan Elmir. Pemuda 19 tahun asal Azerbaijan ini mengaku kagum dengan aneka kesenian yang ditampilkan. ”Di negara saya juga ada karnaval, biasanya untuk memperingati datangnya musim semi. Tapi karnaval ini benar-benar bagus,” katanya, dalam bahasa Inggris.

Peserta karnaval diberangkatkan dari Lapangan Kota Barat pukul 14.30 WIB. Ditandai dengan kibaran bendera start oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Solo, Boeddy Soeharto, berangkatlah iring-iringan yang diawali pasukan pembawa bendera.
Disusul di belakangnya barisan prajurit Kutho Renggo dari Kelurahan Gilingan, Reog Singorodo Kosti, Kelurahan Joyotakan yang mengusung replika canting, dan kelompok kesenian lain seperti dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Surya Sumirat, dan lain-lain. Mereka terbagi dalam belasan termin. Setiap termin terdiri atas berbagai jenis kesenian, mulai tarian, musik, hingga teater.

Kelompok-kelompok itu kemudian berjalan sepanjang Jl Slamet Riyadi. Di panggung kehormatan yang dibangun di depan Rumah Dinas Walikota Loji Gandrung, Walikota Joko Widodo, Wakil Walikota FX Hadi Rudyatmo, Kapoltabes Joko Irwanto, jajaran Muspida serta sejumlah kepala dinas telah menunggu. Peserta karnaval pun memberikan penampilan terbaik. Bahkan ada pula yang tanpa malu-malu naik ke panggung atau sekadar mendekat untuk menyalami tamu.

Seperti biasa, seusai karnaval, masalah yang dihadapi adalah timbunan sampah dan taman kota yang rusak. Hal tersebut diatasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Solo dengan mengerahkan 200 petugas kebersihan.
Kepala DKP, Satriyo Teguh Subroto mengatakan, para petugas kebersihan tersebut langsung diterjunkan begitu karnaval selesai. ”Semua sudah diantisipasi. Ya, ini memang sudah risiko. Itu tidak bisa dihindari,” ujar Satriyo.
Sementara itu Karnaval Budaya kali ini dinilai lebih tertib. Para penonton mengaku puas dengan perhelatan itu. Menurut mereka karnaval juga lebih teratur. Salah satu penonton, warga RW III Kelurahan Mangkubumen, Banjarsari, Nova mengaku puas lantaran dapat melihat semua sajian kesenian yang tampil. Penonton yang tertib dan para petugas yang sigap mengamankan jalan kirab, menurutnya, sangat mendukung terciptanya suasana nyaman bagi penonton.
Selain itu, kirab juga dimulai nyaris tepat waktu, sehingga para penonton tidak terlalu lama menunggu. Kebetulan, putri Nova, Putri Nawangsari, juga tampil dalam perhelatan tersebut. ”Kami sekeluarga sengaja datang untuk jadi suporter,” kata dia.
Hal senada disampaikan warga Kelurahan Penumping, Laweyan, Witri. Menurut dia, penampilan para peserta kirab sangat menarik. Apalagi banyak yang menyajikan tontonan unik, seperti kelompok Ensambel Kolah yang memainkan musik dari alat-alat rumah tangga dari alat pel, galon air minum hingga ember. Lalu kelompok teater yang membawakan busana dari bahan-bahan sisa, dan keroncong/musik bambu. ”Menarik sekali. Hanya saja musik-musik tradisional kurang terdengar,” ujar Witri. - Oleh : shs/tsa

Comments

Popular posts from this blog

Tukang Pijat Bunuh Kopassus karena Kesal

Pelajar Sragen pesta seks digrebeg warga

Sat-81 Gultor siap buru Noordin M