keluarga eko dan air tak diijinkan liat jenazah anaknya

Keluarga Air Setiawan, 29, dan Eko Joko Sarjono, 32, yang tewas dalam penggerebekan di Jatiasih, Bekasi, oleh Densus 88 Mabes Polri belum diperkenankan melihat jenazah keduanya.

Menurut Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC), Endro yang mendampingi keluarga Air dan Eko, pihak keluarga belum boleh melihat jenazah dua orang yang tinggal di Brengosan, Purwosari, Laweyan, Solo tersebut. “Densus 88 belum boleh. Sedangkan dari rumah sakit juga belum diperkenankan kami melihat dan memulangkannya,” papar Endro ketika dihubungi Espos, Minggu (9/8) petang.
Dia mengatakan, pihak keluarga telah diidentifikasi oleh Densus 88. Pihak kepolisian telah mengambil foto keluarga Air dan Eko yang datang ke Mabes Polri. Mereka juga mengambil foto ijazah yang dibawa oleh pihak keluarga.
Endro mengatakan, belum jelasnya pengurusan jenazah membuat ayah Air, Agus Purwanto, 54, sempat jatuh pingsan. Mengenai kemungkinan dilakukannya tes DNA, dia mengatakan mengingat kondisi tubuh tidak rusak maka hal tersebut tidak perlu dilakukan.
Setelah pemeriksaan fisik, akan diketahui kepastian apakah jenazah yang ada itu Air dan Eko atau tidak. “Memang dari keluarga belum yakin jika belum melihat secara langsung. Kalau sudah melihat dan tahu ciri fisiknya akan ketahuan karena tubuhnya utuh,” kata dia.

Endro menegaskan, pihaknya berupaya mengambil jalan tengah yaitu pihak keluarga dapat melihat terlebih dahulu jenazah. “Tapi itu pun juga belum boleh. Besok (Senin ini-red) jam 08.00 WIB diminta datang lagi,” papar dia.
Endro menyayangkan sikap Mabes Polri yang belum mengizinkan pihak keluarga melihat jenazah dua orang tersebut. Sebab, kata dia, proses autopsi yang dilakukan telah tuntas sejak Sabtu (8/8) lalu. Jenazah Air dan Eko diautopsi di RS Polri Soekanto Kramat Jati.
Pihak kepolisian sendiri mengakui belum mengizinkan keluarga Air Setiawan dan Eko Joko Sarjono untuk melihat jenazah. Hal ini dilakukan karena jenazah masih diidentifikasi dan keluarga perlu dimintai data. ”Karena kami belum selesai mengidentifikasi, makanya disuruh menghadap ke Densus 88,” kata Kapusdokes Polri Brigjen Edi Saparwoso.
Menurut Edi, keluarga akan dimintai keterangan oleh pihak Densus soal identitas masing-masing. Setelah itu, data akan dicocokkan dengan jenazah. ”Prosesnya dicocokkan data dia sebelum meninggal dan sesudah meninggal dengan orang yang melapor,” jelasnya.
Selain itu, kata Edi, jenazah juga perlu dihormati layaknya semasa hidup. ”Ini adalah prosedur umum, ketentuan Iinterpol,” tegasnya.
Sementara itu, kediaman Eko yang berada di Brengosan RT 02/RW XI Purwosari tampak lengang. Rumah yang bercat hijau tersebut sepi dan pintu tertutup rapat. Di pintu tersebut terdapat tulisan “Mohon maaf, sementara belum bisa menerima tamu.”
Sejulah tetangga Eko juga enggan memberikan komentar. Hal berbeda terlihat di rumah Air. Di tempat tersebut, sejumlah kerabat dan tetangga terlihat memasang tratag dan puluhan kursi ditumpuk di depan rumah.
Kakek Air, Suwidi, 77, mengatakan, pihaknya belum mendapatkan kabar dari Jakarta, namun keluarga mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. “Untuk jaga-jaga saja. Belum ada kabar, namun katanya bapaknya dicek darah,” papar Suwidi.
Tetangga Air, Hadi Suprapto, 60, mengungkapkan, sejak dirinya tinggal di RT 03/RW XIII Purwosari, Laweyan tidak pernah ada kegiatan yang mencurigakan yang dilakukan Air. Dia menjelaskan, selama ini Air juga ramah dengan tetangga dan perilakunya juga biasa seperti orang lain.
Dia mengungkapkan, Air yang merupakan anak kedua dari lima bersaudara tersebut juga aktif dalam kegiatan masyarakat. Sehari-hari, lanjut dia, Air bekerja sebagai tukang cat sepeda motor, timbangan dan mobil.
“Kami sama sekali tidak menyangka karena sekitar 20 tahun kami bertetangga, aktivitasnya juga tidak ada yang mencurigakan. Selama ini memang aktif dalam pengajian bersama teman-temannya,” ungkap Hadi.
Dia mengungkapkan, sebelum kejadian, Jumat pagi, Air masih berada di rumah. Namun, kata dia, sehabis Salat Jumat, Air dijemput dua orang dengan menggunakan mobil Daihatsu Xenia untuk berangkat ke Jakarta.
Kapoltabes Solo Kombes Pol Joko Irwanto mengatakan, salah satu dari dua orang yang tewas tersebut memang penyewa mobil Xenia untuk dibawa ke Jakarta dan saat ini mobil disita Densus 88. “Salah satunya adalah penyewa mobil. Itu menyewa secara resmi karena ada surat resmi dari rental. Pemilik mobil juga sudah melapor,” tegas Joko di rumah dinasnya.
Mobil tersebut disewa dari rental mobil yang dikelola oleh Slamet selama satu hari. Mengenai penjagaan aparat Poltabes Solo di rumah Air dan Eko, secara diplomatis Joko mengatakan, pihaknya tidak melakukan pemantauan khusus dan melakukan semua pemantauan.

Alasan analis meragukan Noordin M Top tewas

* Ciri-ciri lokasi tempat persembunyian dikelilingi bukit, sehingga sulit apabila ingin meloloskan diri. Berbeda dengan lokasi tempat persembunyian Noordin M Top sebelumnya.

* Sembilan lokasi sebelumnya dekat dengan akses jalan dan laut.

* Jawaban “Saya Noordin M Top” ketika petugas menanyakan identitas orang yang berada di dalam rumah yang dikepung dan dihujani tembakan, dipandang belum cukup kuat sebagai bukti.

* Kemiripan jenazah dengan foto yang beredar cuma dari kalung yang dipakai.

* Bentuk fisik muka lebih mirip Ibrohim, florist di toko bunga di Hotel Ritz-Carlton, yang hingga kini keberadaannya masih gelap.

Dari berbagai sumber - Oleh : dni/dtc

Comments

Popular posts from this blog

Pelajar Sragen pesta seks digrebeg warga

Tukang Pijat Bunuh Kopassus karena Kesal

Sat-81 Gultor siap buru Noordin M