Mendongkrak citra batik melalui SBF




Solo (Espos) Komitmen Pemkot Solo untuk mendongkrak citra batik sebagai ikon Kota Bengawan kembali dibuktikan dengan menggelar Solo Batik Fashion (SBF).

Di malam perdana perhelatan tersebut, Jumat (10/7), Halaman Pasar Windu Jenar, Ngarsopuro disulap menjadi area catwalk bagi para model profesional yang memamerkan rancangan busana dari para desainer top di kota ini. Mereka adalah Joko Budi Santoso, Rory Wardana, Eko Sudarmanto, Alan Suwarno, Joko Widiarto, dan Jongko Raharjo.
Beragam rancangan dan motif batik klasik hingga kontemporer turut mewarnai peragaan busana kemarin malam . Perancang busana Eko Sudarmanto atau yang akrab disapa Eko MIM mendapat giliran pertama untuk memamerkan koleksinya yang bernuansa ceria. Dengan iringan alat musik lesung dari Seni Lesung Krisna Arum, busana batik hasil karya Eko diperagakan para model cilik di atas panggung glamor dengan nuansa etnik yang kental.
Sementara gaun berkonsep kontemporer yang banyak dipengaruhi gaya Eropa dipertontonkan perancang muda, Rory Wardana. Malam itu, desainer yang sudah malang melintang di dunia fashion hampir 10 tahun lamanya tesebut mengeluarkan sembilan karya yang dominasi warna hitam dan gold (emas).
Seperti yang terlihat pada busana yang dipakai Sylvia Sutanto. Gadis yang baru saja merebut mahkota Duta Solo Paragon itu mengenakan gaun panjang dengan paduan rok mini bermotif batik. Dan untuk mempertegas kesan nyentrik Rory menambahkan stocking hitam pada rancangannya.
”Saya banyak menambah bulu-bulu, payet, dan aksesoris untuk menambah kemewahan rancangan ini. Ini memberi kesan kalau batik juga bisa dipadukan dengan gaun jenis apapun,” papar Rory di balik panggung catwalk.

Modifikasi
Untuk batik klasik, perancang busana yang sudah puluhan tahun berkecimpung di dunia modelling, Joko Budi Santoso mengeluarkan batik yang usianya sudah lebih dari setengah abad. Motif berjenis parang curiga, parang rusak , dan parang stopres itu dipadukan dengan busana yang formal.
Bagi para desainer tersebut, batik menjadi motif yang tak ada matinya. Selain mampu dimodifikasikan dengan mudah untuk busana formal maupun kasual, batik juga mampu memenuhi area catwalk yang terkesan mewah.
”Kami sangat senang, dengan adanya SBF sebab para desainer Solo mendapat kesempatan untuk menunjukkan koleksinya,” papar Joko Budi Santoso.
Desainer tamu asal Yogyarakarta, Nita Azhar juga turut memuji terselenggarakannya SBF. Alasannnya, SBF mampu menunjukkan sebuah pencitraan batik agar semakin mengemuka. Selain itu, para desainer, pelaku indsutri batik, dan UKM di Solo bisa turut menikmatinya.
Sementara dalam sambutannya, Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan SBF menjadi langkah nyata untuk mengangkat batik sebagai ikon Kota Solo selepas Solo Batik Carnival (SBC). Selain peragaan busana, di pembukaan SBF itu juga dimeriahkan aksi dari Sanggar Tari Suryosumirat, pertunjukan musik dari Temperente Percussion, serta aksi semi teatrikal dari penari Solo, Irawati Kusmorasri. - Oleh : hkt

Comments

Popular posts from this blog

Pelajar Sragen pesta seks digrebeg warga

Tukang Pijat Bunuh Kopassus karena Kesal

Sat-81 Gultor siap buru Noordin M